Rabu, 23 Januari 2013

Lukisan Mata Hati


Ada kalanya jiwa manusia berada di titik nadir, memang bukan tanpa sebab. Tatkala jiwaku 50,01% lebih dominan adalah sisi negatif maka cenderung pikiranku diliputi rasa gelisah, keluhan dan mudah sekali terombang-ambing oleh suara mayoritas dalam sebuah komunitas kecil -Rekan Kerja-.

Keberagaman adalah sebuah keindahan. Layaknya lukisan alam dipagi hari, pelangi dengan beraneka warna, berbagai jenis tumbuhan dalam keharmonisan, ras, suku dan daerah. Namun keindahan itu kenapa bisa ku lihat saat terpekur sendiri di ujung kehampaan. Apakah karena belum terbiasa dengan dynamic focus? atau memang karena keluhanku yang membentengi dari kesyukuran.

Alhamdulillah, teguran atas kebimbanganku datang. Melalui diskusi kecil dengan seorang sahabat. Namanya Satriyo. Sebenarnya bukan dia melainkan kakaknya, lebih tepatnya lagi blog almarhumah kakaknya yang memaknai arti hidup. Seketika itu aku bungkam, mataku berkaca-kaca. Mungkin saja bagi sebagian orang tulisannya tak berarti apa-apa, tapi untukku tidak. Huruf-hurufnya seperti memiiki ruh. Mengajakku untuk mengenal arti Syukur dan Istighfar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini